Selasa, 29 Desember 2015

Empat Dokter Spesialis Yang Menangani

LUTFHI ARYA FIRDAUS


LUTFHI ARYA FIRDAUS (11 bulan), terlahir pada tanggal 18 Januari 2015. Putra pertama pasangan Bapak Anton Sujarwo  dan Ibu Siti Aisyah ini dilihat secara sepintas memang seperti anak yang tak normal. Dengan BB yang hanya 5 KG, jelaslah bahwa perkembangannya tak normal. Lutfhi dan orang tuanya saat ini masih tinggal menumpang dirumah kakek dan neneknya, tepatnya di Dusun Pancuran 01/06, Desa Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

Lutfhi memang mengalami masalah kesehatan sejak lahir. Terlahir dalam keadaan terlambat satu minggu dari jadwal kelahiran membuat bayi ini harus dilahirkan lewat proses dipacu, karena terlambat beberapa menit saja mungkin nyawa Lutfhi tak terselamatkan. Lahir di RS. PKU MUHAMMADIYAH WONOGIRI Lutfhi terlahir dalam keadaan tak bisa menangis untuk beberapa waktu karena terlanjur minum air ketuban ibunya. Untuk menyelamatkan nyawanya, Lutfhi segera dirawat di inkubator  dan dipasang beberapa alat bantu, baik alat bantu pernapasan ataupun alat bantu makanan. Selama 5 hari di inkubator Lutfhi menjalani perawatan dan fisiotherapi agar bisa menyusu tanpa alat bantu selang. Dinilai sudah sehat Lutfhi akhirnya diperbolehkan pulang.

Masalah mulai muncul saat Lutfhi baru berusia satu minggu. Awalnya mulai ditemukan bercak warna merah di telapak kaki seperti keloid. Tapi lama kelamaan tumbuh lagi dibeberapa tempat. Lutfhi sempat dibawa ke dokter dan dari penjelasan dokter waktu itu menyatakan bahwa seiring bertambahnya usia bercak merah itu bakal hilang dengan sendirinya. Tapi ternyata keadaan tak seperti itu adanya, semakin bertambah usia becak –bercak di kulit itu semakin banyak bahkan justru berbentuk benjolan seperti daging tumbuh. Bukan hanya itu saja, Lutfhi juga sering sakit, panas, batuk, pilek, tak ada hentinya. Usia 3 bulan Lutfhi dibawa ke salah satu Dokter specialis anak di Wonogiri bahkan sempat dirujuk untuk dirawat di RSUD WONOGIRI. Analisa sementara waktu itu Lutfhi mengalami pneumonia atau infeksi paru-paru. Tak hanya itu saja Lutfhi dikhawatirkan menderita kanker kulit. Untuk memastikan kondisinya pihak RS menyarankan untuk melanjudkan pengobatan ke RS yang lebih lengkap tim dokter ahlinya, dalam hal ini RSD. Moewardi lah yang ditunjuk. Tapi karena ketiadaan biaya, keluarganya hanya pasrah. Untuk sekedar berobat di RSUD WONOGIRI saja keluarga harus menunggu punya uang dulu, terbayang dalam pikiran mereka  mereka berapa banyak biaya yang harus mereka keluarkan untuk pengobatan ke Solo.

Tak mendapat pengobatan selama kurang lebih 8 bulan sudah pasti membuat kondisi Lutfhi semakin buruk. Lemah, dan menderita gizi buruk. Lutfhi sebenarnya sudah memiliki BPJS, tapi  untuk mengangsur BPJS sebesar Rp.25.500,- saja mereka tak mampu. Tim SR mendapatkan informasi soal Lutfhi dari salah satu bidan desa dan petugas TKSK Selogiri. Benar saja, pada saat dilakukan survey kami mendapati kondisi Lutfhi sangat memprihatinkan. Lemah, kurus, tak ada senyum sama sekali diwajah mungilnya. Angsuran BPJS pun nunggak 5 bulan sampai membuat kartu tak bisa dipakai karena sempat dinonaktifkan. Kamipun segera mengurus pengaktivan kembali BPJS nya dengan melunasi semua tunggakan termasuk membayar premi bulan berikutnya.

Setelah semua berkas lengkap kami segera membawa Lutfhi berobat kembali ke RSUD WONOGIRI. Pengobatan pertama setelah sempat terhenti selama 8 bulan. Melihat kondisinya pihak RSUD WONOGIRI segera merujuk ke RSD.MOEWARDI SURAKARTA. Kami pun bergerak membawa Lutfhi ke RSD.MOEWARDI. Tak berbeda dengan RS sebelumnya, pihak RSD.MOEWARDI segera ambil tindakan cepat. Hari itu juga Lutfhi langsung  diminta menjalani rawat inap. Beberapa test langsung dilakukan karena Lutfhi dicurigai menderita beberapa penyakit. Beberapa dokter specialist juga ikut terlibat dalam penanganan Lutfhi. Mulai dokter anak, hematologi, paru, jantung, urologi dan syaraf ikut melakukan pemeriksaan. Diagnosa awal Lutfhi menderita hemangioma kapiler,infeksi paru-paru, kelainan jantung, microtestis, bahkan curiga ke arah microcepalus mengingat ukuran kepalanya yang kurang untuk anak seusianya. Test darah, USG, Rongent, EKG, bahkan CT Scan dijalani saat rawat inap selam 18 hari. Hasilnya Lutfhi hanya menderita hemangioma kapiler itupun tak begitu membahayakan dan kelainan jantung. Sementara untuk paru-paru dinyatakan tak ada masalah, masalah pernapsan yang sebenarnya justru disebabkan karena kelainan jantungnya. Mikrocepalus juga tak ditemukan karena dari hasil CT Scan tidak ditemukan kelainan hanya karena faktor kurangnya BB saja.  Akan tetapi ada kecurigaan yang cukup mencengangkan. Lutfhi dicurigai menderita kelainan kromosum yang memungkinkan dia mengidap satu diantara syndrom 9. Dan untuk mengetahui kepastian sakitnya Lutfhi disarankan menjalani test , hanya saja biaya test tak murah dan tak tercover BPJS. Bahkan test hanya bisa dilakukan di Jakarta. Sementara tanpa kepastian hasil test tim dokter tak bisa mengambil langkah pasti untuk pengobatan selanjutnya. Sementara ini  Lutfhi menjalani pengobatan rawat jalan dengan diberi obat jantung sambil tetap menjalani observasi dan evaluasi. Untuk msalah kelainan kromosum ini Lutfhi ditangani oleh dokter endokrin anak. Itu artinya saat ini Lutfhi ditangani 4 dokter spesialis, yaitu dokter specialis anak, jantung, hematologi dan endokrin anak.

Semoga saja setelah diketahui penyakit yang sebenarnya Lutfhi segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sedekaholic ...Lutfhi membutuhkan uluran tangan kita untuk kesembuhannya. Orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan  sangat kesulitan membiayai pengobatan Lutfhi. Biaya berobat ke Solo juga tidaklah sedikit. Apalagi biaya menjalani test ke Jakarta sudah pasti akan membutuhkan banyak memakan biaya, karena bagaimanapun mereka membutuhkan biaya untuk keseharian selama mereka di Jakarta. Belum lagi susu yang dikonsumsi Lutfhi pun khusus. Kedua orang tua Lutfhi terpaksa harus bekerja semua demi membiayai hidup, sementara Lutfhi diasuh neneknya di rumah. Belum lagi kakek Lutfhi saat ini juga sedang menderita stroke, mau tak mau beban orang tua Lutfhi pun jadi bertambah. Tak heran, untuk membayar premi BPJS per bulan pun mereka kesulitan.

Masa depan Lutfhi masih panjang, disaat anak seusianya sudah bisa belajar berjalan, dia hanya berbaring lemah karena kondisinya. Keterlambatan dalam tumbuh kembangnya karena dipengaruhi oleh sakitnya. Semoga denganpengobatan yang akan dijalaninya nanti Lutfhi mendapat kesembuhan dan bisa normal seperti anak seusianya.
Salam Tembus Langit....

Donasi Buat Lutfhi
BCA: 84655-23456
Mandiri: 137-00111-0011-8
a/n: Sedekah Rombongan

Kurir: 085329907666 (Nonis MS)