KAKI TAK JADI DIAMPUTASI, KINI BERSUAMI LAGI
Ini kisah tentang Bu Tarni, salah satu pasien dampingan #SR WONOGIRI. Buatku kisahnya cukup menarik. Semua berawal sekitar awal tahun 2014 kami menerima laporan ada warga tak mampu sudah sakit selama bertahun-tahun. Kami segera crosschek dan ternyata benar. Namanya Bu Tarni, seorang janda miskin menderita infeksi kaki selama kurang lebih 9 tahun. Disebuah rumah mungil berdinding anyaman bambu yang sudah banyak lobangnya Bu Tarni tinggal bersama ibunya yang sudah renta. Sementara sakitnya bermula saat kecelakaan motor yang dialaminya sekitar tahun 2005. Luka yang dialaminya mengharuskan beliau untuk menjalani operasi pemasangan pen. Waktu itu tindakan operasi dilakukan di Klaten tempat beliau mengalami kecelakaan itu.
Beberapa hari setelah operasi beliau diperbolehkan pulang. Selang beberapa hari setelah pulang ada masalah dengan luka operasinya. Ada salah satu jahitan di kakinya yang terbuka. Harusnya segera di bawa kembali ke RS sekaligus chek up post op. Tapi ketiadaan biaya menjadi penyebabnya karena mereka sudah tak mampu lagi, apalagi biaya waktu menjalani operasi memakai biaya umum. Luka itu dirawatnya sendiri dengan obat medis sederhana dan berharap luka itu bisa sembuh tanpa harus perawatan dokter.
Beberapa hari setelah operasi beliau diperbolehkan pulang. Selang beberapa hari setelah pulang ada masalah dengan luka operasinya. Ada salah satu jahitan di kakinya yang terbuka. Harusnya segera di bawa kembali ke RS sekaligus chek up post op. Tapi ketiadaan biaya menjadi penyebabnya karena mereka sudah tak mampu lagi, apalagi biaya waktu menjalani operasi memakai biaya umum. Luka itu dirawatnya sendiri dengan obat medis sederhana dan berharap luka itu bisa sembuh tanpa harus perawatan dokter.
Ternyata dugaannya salah. Luka itu bukannya semakin sembuh justru semakin parah dan melebar. Dengan sabar beliau merawat lukanya sendirian karena suaminya meninggal tak lama setelah kecelakaan itu. Semakin beratlah beban hidupnya, luka semakin parah sementara beliau masih harus membesarkan putra semata wayangnya. Dalam keadaan sakit beliau masih tetap bekerja serabutan. Tapi tetap saja semua tak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, bahkan anaknya rela putus sekolah dan memilih merantau untuk bekerja. Padahal anaknya pada waktu itu masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Semua demi membantu kehidupan keluarga.
Pada waktu kita temukan kondisinya sangat memprihatinkan. Luka dikaki sebelah kanan sudah membusuk, terbuka lebar, tulang dan pen terlihat jelas. Darah dan nanah tak selalu keluar. Bahkan untuk mencegah agar cairan itu mengalir, beliau menutupnya dengan tiga buah pembalut wanita. Kanan kiri luka banyak lobang yang mengeluarkan nanah dan darah. Dan untuk lobang-lobang kecil iti beliau menutup dengan kapas yang dipotong kecil-kecil setelah itu baru dibalut dengan perban. Rutinitas membersihkan luka itu sendiri membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam setiap hari selama 9 tahun. Kaki tak bisa ditekuk, kaku. Jangan tanya lagi seperti apa baunya akibat infeksi luka itu. Bahkan ada salah seorang dokter yang menyarankan untuk di amputasi saja.
Yang lebih menyedihkan lagi keluarga justru menjauh,bahkan para tetangga seolah jijik. Tak perlu membuang waktu lagi kami memutuskan segera bergerak. Kami memutuskan membawa ke RS. Ortopedi Surakarta. Melihat kondisi separah itu dokter pun tak buang-buang waktu untuk segera dilakukan operasi. Rencananya akan ada dua tahapan operasi. Pertama untuk pelepasan pen dan pembersihan kulit yang terinfeksi. Yang kedua adalah penutupan luka dengan metode penarikan kulit atau penutupan kulit diambilkan dari kulit organ lain. Alhamdulillah berarti tak perlu amputasi.
Dua hari kemudian operasi tahap pertama sukses dilakukan. Dan beberapa hari kemudian pasien diperbolehkan pulang. Tak mau ambil resiko, untuk mengantisipasi kesalahan terdahulu kami memutuskan mencari perawat yang bisa merawat luka post op. Tiap hari perawat itu mendatangi pasien untuk melakukan medikasi. Biaya medikasi dan kebutuhan nutrisi penunjang #SR yang tanggung. Dengan penuh kesabaran medikasi dilakukan selama lebih dari 9 bulan. Hasilnya pun cukup memuaskan. Terjadi granulasi sel baru yang sehat dan dengan sendirinya menutup luka itu. Artinya tak perlu ada operasi tahap kedua yang rencananya untuk menutup luka. Alhamdulillah pengobatan dinyatakan selesai.
Seperti yang sudah-sudah jika pasien sembuh kami akan menghilang dan fokus pada pasien yang baru. Pada suatu hari secara tak sengaja kami bertemu dengan salah satu tetangga terdekatnya. Ternyata mereka masih mengingat kami meskipun hampir setahun tak ketemu. Iseng –iseng aku tanya kabar Bu Tarni . Dan jawabanya sungguh di luar dugaan kami.
“ Bu Tarni sudah menikah lagi mbak setelah 9 tahun menjanda, sekarang tinggal bersama suaminya dan jadi petani. Sudah bisa tandur sama matun (menanam padi dan menyiangi rumput) di sawah.”
Subhanallah ...Allahuakabar... kaki yang dulunya hampir diamputasi, yang jangankan untuk masuk ke dalam lumpur, kondisinya saja dulu hampir mirip kaki yang terbenam dalam lumpur karena pembusukan. Kaki yang dulu tak bisa ditekuk, jalan hatus pakai kruk kini sudah normal kembali. Bu Tarni yang dulu pasrah karena keadaan, yang jangankan punya pendamping lagi, mau bergaul dengan tetangga saja minder karena kondisinya. Tapi sekarang beliau sudah bisa memulai hidup yang baru bersama suami barunya. Seorang lelaki sederhan tapi berhati kaya yang mau menerima segala kekurangan Bu Tarni.
Luar biasa...sungguh indah rencana Tuhan. Selamat buat Bu Tarni, inilah hadiah terindah dari Tuhan atas kesabaran dan keikhlasanmu selama ini. Semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menaungi keluarga barumu. Tetap Semangiiiiitt yaaa Bu Tarni...Semangat menembus langiiiiiitt...
Eheeeeem penulisnya kesalip ceritanya...doain yaaa Bu penulis segera bisa menyusul dapat pendamping juga...he he he
Salam Tembus Langit...!!!!