Sabtu, 09 April 2016

KETABAHAN BU KATNI YANG HAMPIR KEHILANGAN KAKI

KATNI


Ibu Katni (43 tahun) adalah seorang dhuafa yang tinggal di Dusun Temon Lor RT 02/RW 05, Desa Temon, Kecamatan Baturetno ,Kabupaten Wonogiri.  Tinggal di sebuah rumah mungil berdinding kayu hasil program bedah rumah dari pemerintah, karena sebelumnya rumah Bu Katni memang tak layak huni. Berdinding anyaman bambu yang sudah banyak lobangnya bahkan beberapa bagian dinding terpaksa ditambal dengan lembaran kardus bekas. Berlantai tanah, atap rumahpun mulai banyak yang bocor, langit rumahpun mulai rapuh. Kesehariannya Bu Katni tinggal bersama suaminya Pak Jarto dan anaknya yang masih duduk di bangku SMP. Keluarga ini memang tergolong tidak mampu. Suaminya bermata pencaharian sebagai tenaga serabutan dengan pendapatan yang tak menentu. Terkadang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja mereka masih kekurangan ditambah lagi biaya sekolah anak mereka. Melihat kondisi yang seperti ini tak lantas membuat Bu Katni tinggal diam. Sebisa mungkin beliau membantu meringankan beban keluarga dengan bekerja sebagai buruh tani.


Sekitar bulan Juni 2014 ini Bu Katni mulai merasakan nyeri pada paha sebelah kanan. Awalnya hanya benjolan kecil sebesar bisul,tapi lama-lama bertambah besar.  Dan itupun masih beliau rahasiakan sakit itu dan tetap bekerja seperti biasanya, tak mau menambah beban keluarga, begitu pikirnya. Tapi lama-kelamaan benjolan itu semakin besar dan semakin sakit. Keluargapun akhirnya mengetahui ,lagi-lagi  Bu Katni masih berusaha menutupi dengan berbohong bahwa bengkak di paha itu karena terbentur meja. Keluarga Bu Katni tetap saja khawatir dan membawa Bu Katni ke sebuah RS swasta di Wonogiri.Di RS.Marga Husada inilah Bu Katni diminta segera menjalani tindakan operasi. Mendekati lebaran tim Dokter memutuskan segera melakukan tindakan operasi. Diagnosa sementara waktu itu tumor di paha kanan.
Pasca operasi keadaan sempat membaik. Tapi keadaan tak bertahan lama ,dua bulan kemudian benjolan itu muncul lagi dengan kondisi lebih besar dari sebelumnya bahkan bisa dibilang pertumbuhan benjolan itu begitu cepat. Tentu saja lebih terasa sakit. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan seperti ini , pihak RS Marga Husada segera merujuk ke RSD.Moewardi Solo. Di RS inipun Dokter juga segera mengambil tindakan cepat dengan melakukan serangkaian test pendukung untuk operasi. Sebelum operasi dilakukan Dokter sempat memberikan gambaran kemungkinan besar setelah dilakukan operasi Bu Katni bisa jadi mengalami kelumpuhan. Bu Katni pun menyanggupi dengan segala macam resikonya. Baginya yang terpenting adalah bisa sembuh dan tak merasakan sakit lagi.

Dua hari menjalani rawat inap di RSD.Moewardi Solo Bu Katni langsung menjalani operasi pengangkatan benjolan sekaligus untuk menjalani PA. Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan setelah operasi Bu Katni masih bisa menggerakkan kakinya, bahkan masih bisa berjalan kembali. Tersirat raut wajah lega saat mengetahui kakinya masih bisa berfungsi kembali. Tapi kelegaan itu tak berlangsung lama saat Dokter membacakan hasil PA. Hasilnya sangat mengejutkan. Pasien menderita Pleomorphic Rhabdomyosarcoma, penyakit kanker ganas yang menyerang jaringan lunak seperti otot dan biasanya menyerang di bagian leher, kaki, paha. Kebetulan Bu Katni menderita penyakit ini dan menyerang di paha bagian kanan.
Permasalahan tak cukup sampai disini saja, 10 hari pasca operasi muncul masalah baru. Luka operasi tak bisa mengering, terjadi pembengkakan bahkan jahitan operasi mulai lepas dengan sendirinya. Belakang diketahui penyebabnya adalah terjadinya penumpukan cairan nanah dan darah didalam bekas operasi. Tim medis terpaksa membuka seluruh jahitan untuk mengeluarkan semua cairan dan membiarkan luka terbuka. Dokter sempat berfikir keras untuk menentukan tindakan selanjudnya. Untuk dilakukan kemoterapi jika menunggu granulasi akan memakan waktu lama karena lukanya cukup dalam dan lebar,  itu artinya sangat beresiko karena kanker akan menyebar. Kanker ini penyebaranya sangat cepat dan dikhawatirkan akan menyerang organ lainnya. Akhirnya dengan resiko yang lebih ringan diputuskan tetap dilakukan kemoterapi beriringan dengan penyembuhan lukanya. Kemoterapi langsung dilakukan dengan efek yang lebih berat mengingat lukanya. Luar biasa sakit yang akan diderita Bu Katni.

Dokterpun sudah menjelaskan bahwa Bu Katni menderita kanker ganas level 3. Yang lebih luar biasa adalah ketabahan beliau. Tak ada sedikitpun ketakutan ataupun kesedihan terpancar dari wajahnya. Beliau tetap tersenyum lembut, sangat terlihat sekali kalau beliau ikhlas dan menerima keadaannya. Sungguh luar biasa kasih sayang Tuhan pada Bu Katni, semangat hidupnya tinggi dan semangatnya untuk sembuh pun luar biasa. Dengan sabar beliau seakan tak lelah meskipun harus sering bolak-balik kerumah sakit. Jarak puluhan kilo dari rumah menuju rumah sakit,berangkat subuh pulang sampai rumah waktu magrib  tak mengendurkan semangatnya untuk berobat. Dengan berjalan tertatih, langkah agak diseret sesekali beliau menghela nafas pertanda beliau menahan rasa sakitnya.

Sahabat, terkadang kita mengeluh bahkan kadang mengumpat saat kita tersandung dan terjatuh. Lalu lihatlah Bu Katni yang saat ini berjuang mencari kesembuhan, bahkan bukan tak mungkin jika untuk menyelamatkan nyawanya beliau harus kehilangan kakinya. Masih pantaskah kita mengeluh? Bersyukurlah kita masih punya dua kaki yang saat ini masih bisa digunakan untuk berjalan bahkan berlari. Sahabatku, tak ada salahnya sebagai wujud rasa syukurmu kita bantu kesembuhan Bu Katni dengan menyisihkan sedikit rejeki kita agar beliau dapat terus berobat. Ketika sakit itu mahal pastinya kita memilih untuk tetap sehat. Tentunya kita tak ingin jika berada di posisi Bu Katni bukan? Bukankan lebih baik membantu biaya berobat karena kita dalam keadaan sehat daripada kita yang dibantu berobat karena kita dalam keadaan sakit?. Mari ulurkan tangan untuk Bu Katni berjuang untuk kesembuhannya. Mari mulai peduli dengan berbagi.


Salam Tembus Langit.

DONASI UNTUK BU KATNI DAN PASIEN  #SR LAINNYA DAPAT DISALURKAN KE :

CP KOORDINATOR #SRWONOGIRI
085329907666/085712612777
(NONIS MS)

MENGABAIKAN SAKIT DEMI MERAWAT CUCU YANG SUDAH YATIM PIATU

TRI PURNOMO APRIANTO


TRI PURNOMO APRIANTO (59  Tahun, syaraf terjepit), beliau adalah warga Dusun Jarum 01/01, Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Sudah hampir 9 bulan ini beliau sakit, keluar masuk RS menjalani rawat inap. Beberapa tahun yang lalu pun beliau sudah sering sakit-sakitan bahkan beberapa kali menjalani operasi diantaranya tyroid dan hernia.
Tapi untuk kali ini beliau merasakan sakit dari bahu sampai kaki. Terasa panas, kesemutan sakit untuk melakukan gerakan apalagi untuk berjalan. Kehidupan Pak Tri sangat kederhana bisa dibilang hanya pas-pasan. Sebelum sakit beliau adalah tulang punggung keluarga. Diusia tuanya beliau belum bisa menikmati masa-masa istirahat seperti kebanyakan orang. Beban ekonomi salah satu penyebabnya. Ya beliau masih harus membesarkan 3 orang cucu yang sudah yatim piatu, masih duduk di bangku SD bahkan yang terkecil masih balita. Untuk mencukupi seluruh anggota keluarga beliau bekerja sebagai kondektur bus dengan pendapatan yang tak menentu. Terlebih lagi perusahaan tempat beliau bekerja hampir mengalami kebangkrutan akibatnya beliau juga tak bisa kerja setiap hari karena armada bus tak bisa di berangkatkan setiap harinya. Sementara istrinya total di rumah mengurus ketiga cucunya yang masih kecil-kecil. Kondisi seperti inilah yang memaksa Pak Tri untuk tetap bekerja dan mengabaikan rasa sakitnya.Hingga akhirnya beliau semakin parah sakitnya dan hanya bisa duduk dan berbaring saja tak bisa melakukan aktivitas apapun.
Selama sakit tanggung jawab keluarga diambil alih oleh salah satu anaknya yang bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta. Itupun hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tak bisa membiayai pengobatan Pak Tri. Hingga akhirnya ada warga yang menghubungi Tim #SRWonogiri. Tim segera melakukan survey, dan ternyata beliaupun tak memiliki kartu jaminan apapun baik yang dari pemerintah maupun mandiri. Melihat kondisinya yang perlu penanganan segera, Tim segera membuatkan BPJS Mandiri dengan perceptan aktivasi atas rekomendasi dari Dinas Sosial agar BPJS langsung aktiv.
Setelah semua rujukan siap, pasien segera dibawa ke RSD. Moewardi Surakarta. Awalnya di rujuk ke poli syaraf mengingat pasien mengalami terapharesis. Tim dokter pun bergerak cepat dengan melakukan tindakan MRI, bahkan dokter membantu prosesnya dengan mengurus semua protokolnya dan pasien tinggal menunggu panggilan saja jika semua protokol siap. Hasil MRI terbaca ada syaraf yang tertekan tulang leher belakang. Tim Dokter poli syaraf pun segera merujuk ke Poli Bedah Orthopedi. Sama seperti diagnosa Tim Dokter poli Syaraf, Tim Dokter Poli Bedah Orthopedi juga mendignosa adanya syaraf yang terjepit di leher bagian belakang. Salah satu penyebabnya efek kerja berat dan itu sudah berlangsung lama. Benar saja, pekerjaan seorang kondektur Bus memang berat, dan beliau menghiraukan sakitnya demi keluarganya.
Melihat kondisi yang mengkhawatirkan, Tim Dokter menyarankan segera dilakukan tindakan operasi karena jika terlambat akan mengakibatkan kelumpuhan. Pasie dan keluarga menyetujui, operasi dilakukan dan alhamdulillah lancar. Pasca operasi kondisi pasien menunjukkan ada perkembangan yang cukup bagus. Pasien sudah bisa berjalan pelan tanpa harus menggunakan kursi roda lagi seperti pertama kali ditangani. Untuk tindakan selanjudnya pasien harus menjalani fisioterapi rutin seminggu dua kali di RSD. Moewardi Surakarta untuk melatih otot dan syaraf yang selama ini mengalami gangguan.
Sedekaholic , jarak tempuh dari rumah beliau ke RSD. Moewardi Surakarta 50 km lebih, memerlukan waktu kurang lebih dua jam perjalanan. Sementara beliau harus rutin fisioterapi dua kali dalam seminggu, tentulah membutuhkan biaya akomodasi yang tak sedikit. Pak Tri ingin sembuh, membesarkan ketiga cucu yatim piatu karena kedua anak-anak ini meninggal dunia setahun lalu karena sakit. Kesembuhan Pak Tri, menentukan masa depan anak-anak yatim piatu ini. Harapan Pak Tri adalah harapan seluruh keluarganya. Cucu-cucunya masih butuh biaya sekolah, dan beliau bertanggung jawab untuk itu.
Mari bersama-sama bergerak untuk bisa membantu kesembuhan Pak Tri. Sisihkan sedikit rejeki, agar beliau segera sembuh dan bisa merawat serta membesarkan cucu-cucunya. Membantu Pak Tri sama saja menyelamatkan hidup cucu-cucunya. Mari berbagi, mari peduli.


Salam Tembus Langit...!!!

DONASIUNTUK PAK TRI DAN PASIEN #SR LAINNYA DAPAT DISALURKAN KE:

CP KOORDINATOR #SRWONOGIRI
085329907666/085712612777
(NONIS MS)

14 TAHUN TERGOLEK LEMAH KARENA KELUMPUHAN SEJAK BAYI

WAHYU ERMAWATI

WAHYU ERMAWATI (14 Tahun) adalah  warga Dusun Sumber ,RT 03 RW 01, Desa Sukamangu, Kecamatan  Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. Wahyu adalah gadis yang cantik ,tapi malangnya dia mengalami kelumpuhan sejak dia masih bayi. Disaat anak-anak seusianya sudah bisa mengenyam pendidikan di SMP maka dia hanya bisa tergolek lemah di  tempat tidurnya. Wahyu juga seorang anak yatim sejak ayahnya meninggal sekitar 1,5 tahun yang lalu karena kecalakaan. Dia tinggal bersama ibunya ,Narti yang kesehariannya bekerja sebagai seorang petani. Wahyu juga memiliki seorang adik laki-laki yang saat ini masih duduk di kelas 4 SD.
Kesehariannya Wahyu dirawat dengan kasih sayang oleh ibunya,Bu Narti. Dengan penuh Kasih sayang ibu ini merawat Wahyu, memandikan, menyuapi bahkan menggendong kemanapun dia pergi. Tak jarang ibu ini menangis saat beliau menggendong Wahyu keluar rumah dan berhadapan dengan orang-orang yang memandang aneh dengan kondisi Wahyu. Belum lagi jika menghadapi perkataan orang-orang tentang Wahyu yang tentu saja sangat melukai hatinya. Dalam benaknya seperti apapun keadaan anaknya akan tetap dirawat dan diterima sebagai amanah yang dititipkan Tuhan kepadanya. Sungguh luar biasa Ibu yang satu ini. Kesabaran dan kesabaran terlihat jelas dari pancaran wajahnya. Selalu tersenyum di hadapan Wahyu dan dengan lembut selalu mengajak bicara putrinya sekalipun beliau tahu putrinya tak akan bisa menjawab perkataannya.
Awalnya Wahyu adalah balita yang normal, akan tetapi saat berusia 4 bulan mengalami sakit panas, step, bahkan mengalami koma selama 14 hari dan dirawat disebuah RS di PONOROGO. Sejak saat itu Wahyu yang sebelum sakit sudah bisa tengkurap dan duduk akhirnya mengalami kelumpuhan akibat kerusakan saraf otak. Pengobatan pun pernah dilakukan dengan rawat jalan dan fisioterapi. Fisioterapi itu sendiri sudah dilakukan sampai Wahyu berusia 7 tahun. Selebihnya pengobatan dilakukan dengan rawat jalan. Memasuki usia 10 tahun  keluarga memutuskan menghentikan pengobatan karena sudah putus asa, tak mengalami perubahan dan tak memiliki biaya lagi. Kini meskipun keluarga ini sudah memiliki Jamkesmas, Ibu Narti tak lagi mampu membiayai pengobatan karna sejak ditinggal alm. Suamianya secara otomatis beliau menjadi tulang punggung keluarga.Bisa dibayangkan betapa bertambah berat beban hidup yang harus ditanggungnya. Semoga saja masih ada dermawan yang bersedia menyisihkan rejekinya untuk meringankan beban Wahyu dan keluarganya. Dan semoga saja keluarga ini senantiasa diberi kesabaran serta kekuatan dalam menjalani hidup.

MENAHAN SAKIT DEMI MENAFKAHI KELUARGA DAN MERAWAT SUAMI YANG JUGA SAKIT

WARMI


Ibu Warmi (48 tahun), adalah warga adalah warga Dusun Sanggrahan RT 02 RW 08, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Sekitar setahun yang lalu menderita sakit tapi belum bisa melakukan pengobatan. Bu Warmi sering mengalami sakit bagian perut dan mengalami pendarahan. Beliau adalah tulang punggung keluarga karena suaminya, Bapak Sukijo tak bisa mencari nafkah karena menderita sakit juga karena stroke. Sementara mereka masih harus membiayai sekolah kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SMA. Kondisi seperti inilah yang membuat Bu Warmi tak menghiraukan sakitnya karena lebih mementingkan kebutuhan keluarganya. Beliau sekeluargapun tak ada yang memiliki jaminan kesehatan baik yang dari pemerintah maupun yang mandiri.
Lama kelamaan pada akhirnya Bu Warmi tak kuat juga menahan sakitnya. Sekitar 6 bulan yang lalu beliau  benar-benar drop dan harus dilarikan ke RS. Hasilnya cukup mengkhawatirkan. Bu Warmi didiagnosa menderita kistoma ovari. Dokter menyarankan untu dilakukan operasi pengangkatan kistanya. Tak memiliki jaminan kesehatan, tak memiliki biaya, membuat beliau pasrah pada keadaannya. Belum lagi masih harus merawat suaminya yang sakit, sementara beliau sendiri juga sakit.
Melihat kondisi yang seperti itu salah seorang tetangga menghubungi tim #SR. Tim segera melakukan survey dan melihat kondisi rumah serta kondisi keluarganya memang selayaknya dibantu. Langkah pertama segera dibuatkan BPJS, dan begitu BPJS aktif tak perlu menunggu lama , tim segera membawa beliau ke RSUD Wonogiri. Seperti saran dokter sebelumnya, tetap harus dilakukan operasi. Pihak RSUD pun segera menjadwalkan operasi akan dilakukan awal bulan Januari. Dan untuk sementara waktu sebelum dilakukan pengangkatan, beliau diberikan resep anti nyeri.
Harapan Bu Warmi bisa kembali sehat seperti sedia kala, bisa merawat suaminya yang sakit, bisa mengurus keluarganya dan terutama bisa mencari nafkah kembali. Sedekaholic ...masa depan keluarga Bu Warmi untuk saat ini tergantung pada beliau. Bagaimana kelangsungan hidup keluarga itu jika Bu Warmi terus-terusan sakit. Bagaimana masa depan kedua putranya yang saat ini masih sekolah. Sementara keduaa putranya pun saat ini rela kerja paruh waktu untuk sekedar mencari uang saku. Merekapun berharap bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa segera bekerja meringan kan beban sang Ibu.
Sedekaholic ,berkat uluran tangan anda Bu Warmi bisa menjalani operasi pengangkatan kista. Hasil PA juga cukup melegakan tak ditemukan keganasan.Kista seberat 2 kg lebih berhasil diangkat dari rahimnya. Setelah 5 bulan pendampingan akhirnya pada chek up terakhir dokter menyatakan bahwa Bu Warmi sudah sembuh, tak perlu berobat lagi dan disarankan untuk chek up jika mengalami keluhan saja.
Puji syukur kehadirat Allah serta ucapan terima kasih beliau haturkan berkat Sedekah Rombongan yang selama ini menyampaikan amanah dari kedermawanan sedekaholic, akhirnya beliau bisa sembuh. Harapan beliau tentu saja bisa mengurus keluarga kembali dan merawat suaminya yang selama ini sakit. Sedekaholic...sedikit kami sampaikan, bahwa Bu  Warmi sempat menunda operasinya dua kali karena pada saat dijadwalkan operasi suami beliau masuk RS. Lagi-lagi demi merawat suaminya ,beliau rela menahan sakit yang dideritanya.
Akhir kata, kami Tim ikut merasa lega, satu tugas kami sudah selesai. Doa kami Bu Warmi dan keluarga tetap di beri nikmat kesehatan, dan dapat menata hidup keluarganya kembali.

Salam Tembus Langit....

DONASI UNTUK  PASIEN #SR  DAPAT DISALURKAN KE :

CP KOORDINATOR #SRWONOGIRI
085329907666/085712612777
(NONIS M.S)

DUA KALI SEMINGGU JALANI CUCI DARAH KARENA GAGAL GINJAL

TIJO KARTOMO


TIJO KARTOMO(62  Tahun, Gagal Ginjal) , warga dari Dusun Nawangan 01/04, Desa  Sembukan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Beliau menderita gagal ginjal sekitar 8 tahun yang lalu. Awalnya baru satu ginjal yang mengalami masalah, tapi semua dihiraukan saja. Keterbatasan ekonomi yang jadi salah satu penyebabnya. Dengan penghasilan yang  tidak menentu sebagai buruh tani, yang jangankan sampai membiayai pengobatan , sekedar untuk makan sehari- hari saja pas-pasan. Bahkan sudah 3 tahun ini beliau tak lagi bekerja dan penghidupan ditanggung oleh salah satu anaknya yang bekerja sebagai buruh pabrik.  Sementara ada lagi salah satu anaknya yang awalnya jadi harapan untuk membantu pengobatannya pun saat ini juga tergolek lemah karena sakit jantung yang saat ini sedang di deritanya. Keadaan inilah yang membuatnya pasrah pada keadaan.
Sekitar 3 bulan yang lalu , setelah bertahun-tahun membiarkan rasa sakitnya, beliau tumbang juga. Atas bantuan saudara dan warga sekitar, beliau dibawa ke RS. MARGA HUSADA. Hasilnya cukup mengejutkan. Beliau mengalami gagal ginjal, kedua ginjalnya tak lagi berfungsi dan di sarankan menjalani Hemodialisa( cuci darah) seminggu sekali. Pak Tijo juga didiagnosa menderita Diabetes Militus.
Pak Tijo sempat mengikuti anjuran dokter menjalani cuci darah seminggu sekali sebanyak 5 kali. Tapi sekarang sudah terhenti  4 kali dikarenakan tak ada biaya berobat. Beliau memang sudah memiliki Jamkesmas, tapi kendala utama untuk beliau adalah biaya akomodasi ke RS. Jarak tempuh dari rumah beliau ke RS hampir 30 an km. Perlu menyewa mobil jika ingin ke RS mengingat tak ada kendaraan umum yang sampai ke tempat beliau. Seandainya adapun, melihat kondisi beliau yang saat ini lemah dan mengalami pembengkakan ,beliau tak akan mampu mengendarai kendaraan umum.
Tim #SR mendapat laporan, dan saat itu juga melakukan survey menuju kediaman Pak Tijo. Benar saja, kondisinya sangat memprihatinkan. Dengan pandangan yang mulai kabur, perut dan kaki mulai membengkak. Pak Tijo harus segera mendapatkan penanganan kembali, melanjudkan cuci darah lagi.
Karena sempat terhenti cuci darah untuk beberapa kali sudah pasti membuat kondisi beliau semakin buruk. Bahkan sekarang dokter menganjurkan untuk menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu secara rutin.Kini berkat bantuan para sedekaholic lewat Sedekah Rombongan, beliau bisa menjalani cuci darah lagi secara rutin.
Sedekaholic ...harapan Pak Tijo tidaklah berlebihan,  hanya ingin keadaannya lebih baik, bisa rutin menjalani cuci darah. Karena sekali saja terlewat beliau akan merasa lemas, mual dan badan membengkak. Cuci darah mungkin tak kan bisa menyembuhkan sakitnya, tapi setidaknya bisa mengurangi penderitaannya. Semoga saja uluran tangan dan rejeki para sedekaholic bisa mewujudkan harapan Pak Tijo.


Salam Tembus Langit...!!!

DONASI UNTUK PAK TIJO DAN PASIEN #SR LAINNYA DAPAT DISALURKAN KE :

CP KOORDINATOR #SRWONOGIRI
085329907666/085712612777
(NONIS M.S)








RELA MINUM SETENGAH DOSIS OBAT ASAL TIAP HARI BISA MINUM OBAT

SUYANTO


Bapak Suyanto (63 tahun), warga Dusun Mirihan RT 01/RW 03 , Desa Tanjungsari, Kecamatan Jatisrono. Sudah dua tahun terakhir ini beliau menderita sakit jantung. Awalnya pasien sering merasakan nyeri di dadanya. Berobat ke dokter umum terdekat dan beberapa kali menjalani rawat inap di RSUD. Tanpa memiliki jaminan kesehatan apapun Pak Suyanto berobat sebulan dua kali. Apa yang beliau punya dijual untuk biaya berobat. Dirumahnya nyaris tak ada barang berharga lagi karena sudah habis terjual. Bersama istrinya, Ibu Kasmi ,anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP serta ayahnya yang sudah renta Pak Suyanto tinggal di sebuah rumah yang sederhana. Sementara putra sulungnya selepas lulus SMA memutuskan bekerja sebagai buruh pabrik demi menopang kehidupan orang tua serta membiayai sekolah adiknya.
Sehari – hari beliau terbaring lemah di kasur tipis yang diletakkan diatas ubin. Nafasnya terengah- engah saat beliau bicara. Beliau mengalami sesak nafas karena penyakit jantung yang dideritanya. Satu –satunya yang bisa meringankan penderitaannya hanyalah minum secara rutin obat yang di berikan oleh dokter. Begitu tergantungnya beliau akan obat – obatan itu hingga di saat benar- benar tak memiliki uang beliau rela minum setengah dari takaran obat yang disarankan. Tujuannya tak lain agar obat lebih awet atau tak cepat habis.
Berkali – kali beliau disarankan oleh dokter untuk menjalani rawat inap, tapi lagi-lagi karena ketiadaan biaya Pak Suyanto rela menahan sakitnya. Hingga akhirnya salah seorang perangkat desa setempat meminta bantuan pada Tim SR. Tim segera melakukan survey dan memutuskan membuatkan BPJS serta membayar premi per bulannya karena untuk membayar premi per bulan beliau memang tak mampu. Sementara  itu beliau juga didaftarkan jadi peserta Jamkesmas untuk tahun ini. Artinya begitu kartu Jamkesmas jadi BPJS Mandiri akan non aktif dengan sendirinya dan bisa meringankan beban Pak Suyanto sekeluarga.
Dan benar saja, setelah memiliki kartu BPJS beliau bisa berobat rutin, bisa minum obat dengan dosis penuh tanpa harus mengurangi setengahnya.Pak Suyanto yang pertama kali kita temui dahulu terbaring lemas, sesak nafas serta mengalami pembengkakan di perutnya, kondisinya jauh lebih baik . Sekarang beliau sudah bisa berjalan keluar rumah biarpun masih tertatih. Nafas mulai berkurang sesaknya, dan pembengkakan di perutnya juga sudah banyak berkurang.

Semoga saja setelah mendapat pendampingan dalam mendapatkan pengobatan dari Sedekah Rombongan Pak Suyanto bisa pulih seperti sedia kala, dan dapat menopang kehidupan keluarganya lagi. 
Salam Tembus Langit.

5 TAHUN MENDERITA MEGACOLON, TONI SEMPAT DIKIRA KEKURANGAN GIZI

TONI SISWANTO

Toni Siswanto (10 Tahun, Megacolon) siswa kelas 3 SD ini putra keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Senen dan Ibu Bimani. Beralamat di Dusu Jetis 04/02, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Kehidupan mereka jauh dari kekurangan. Pak Senen sehari-hari hanyalah seorang buruh serabutan dengan penghasilan yang tak menentu. Menghidupi lima orang anak dan juga ibunya yang sudah renta. Mereka tinggal di sebuah rumah yang terlihat kumuh berdinding anyaman bambu yang sudah banyak lobangnya, sebagian berdinding batu bata yang sudah usang dimakan usia. Pintu terbuat dari kayu usang yang mulai rapuh, atap tak jauh berbeda banyak genting yang pecah. Membiayai  sekolah  empat orang anak dengan penghasilan pas-pasan, bahkan selain Toni masih ada lagi anaknya yang saat ini juga sakit. Anak sulungnya yang diharapkan bisa meringankan beban keluarga justru menderita gangguan jiwa. Sama seperti Toni pada , karena ketiadaan biaya sakit itu dibiarkan saja.
Toni sendiri sebenarnya  sudah mulai merasakan sakit saat dia berumur 5 tahun. Keadaan ekonomi yang kekurangan membuat keluarga membiarkan sakit itu dan berharap akan sembuh dengan sendirinya, mengingat terkadang sakit itu kadang timbul dan hilang dengan sendirinya. Hingga akhirnya penyakit itu tak kunjung sembuh, tubuh Toni semakin kurus, perut semakin membesar.  Akhirnya ada tetangga yang menyarankan membawa Toni ke RS. Mereka awalnya menolak karena mereka kebingungan soal biaya. Atas informasi tetangganya itu juga Tim #SRWonogiri diminta tolong untuk membantu Toni. Tim memang baru menerima laporan saat Toni sudah dirawat di RS. Tapi biarpun agak terlambat Tim segera bergerak dan memutuskan menghandle kasus Toni
Awalnya Toni dicurigai menderita gizi buruk. Tapi kecurigaan itu berubah saat diketahui bahwa Toni mengalami masalah BAB sejak kecil, hanya saja tak begitu di hiraukan. Kepastian itu baru  muncul saat Toni di bawa berobat ke RSUD WONOGIRI. Dari hasil rongent , USG dan Lopograpi diketahui bahwa Toni menderita Megacolon. Tindakan operasi segera diagendakan , tiga hari setelah menjalani rawat inap.
Tanggal 4 Februari 2016, operasi pertama dilakukan di IBS RSUD WONOGIRI untuk pemotongan usus dan pembuatan colostomi. Enam hari kemudian tepatnya tanggal 10 Februari Toni diperbolehkan pulang. Melihat kondisi rumah Toni sungguh membuat hati miris. Dalam keadaan pulang dari RS pasca menjalani operasi, Toni hanya tidur diatas tempat tidur besi tua, hanya beralas tikar yang sudah sobek sana sini, tanpa kasur karena mereka memang tak punya itu. Hanya ada beberapa bantal kumal dan lusuh. Akhirnya Tim membelikan kasur, dan perlengkapan tidur lainnya. Sementara untuk medikasi dirumah demi merawat luka operasinya, Tim mendatangkan perawat untuk melakukan medikasi sampai luka operasi dinyatakan sembuh.
Untuk tindakan selanjudnya masih akan ada operasi lanjutan. Penutupan stoma dan penyambungan usus. Hanya saja untuk operasi lanjutan tak bisa di lakukan di RSUD. WONOGIRI dan harus dirujuk ke RSD. Moewardi Surakarta. Sementara untuk sekitar 6 bulan kedepan sebelum operasi lanjutan, Toni harus menjalani chek up rutin di RSUD WONOGIRI.
Sedekaholic ... Toni berasal dari keluarga dhuafa, yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Harapan Toni dan keluarga tak lain kesembuhan Toni. Ditengah himpitan ekonomi dengan segala keterbatasannya keluarga Toni berjuang demi kesembuhan Toni. Toni ingin bisa normal seperti anak seusianya, ingin kembali bermain dan bersekolah bersama saudara kembarnya. Mari berbagi meringankan beban keluarga ini. Bantu kesembuhan Toni, karena  masa depannya masih menanti. Membantu kesembuhan Toni sama saja menyelamatkan salah satu generasi penerus bangsa. Masihkan kita mau menutup mata untuk keluarga Toni, keluarga dhuafa?  Sisihkan sedikit rejeki untuk Toni, saatnya kita peduli.

Salam Tembus Langit...