KATNI
Ibu Katni (43 tahun) adalah seorang dhuafa yang tinggal di
Dusun Temon Lor RT 02/RW 05, Desa Temon, Kecamatan Baturetno ,Kabupaten
Wonogiri. Tinggal di sebuah rumah mungil
berdinding kayu hasil program bedah rumah dari pemerintah, karena sebelumnya
rumah Bu Katni memang tak layak huni. Berdinding anyaman bambu yang sudah
banyak lobangnya bahkan beberapa bagian dinding terpaksa ditambal dengan
lembaran kardus bekas. Berlantai tanah, atap rumahpun mulai banyak yang bocor,
langit rumahpun mulai rapuh. Kesehariannya Bu Katni tinggal bersama suaminya
Pak Jarto dan anaknya yang masih duduk di bangku SMP. Keluarga ini memang
tergolong tidak mampu. Suaminya bermata pencaharian sebagai tenaga serabutan
dengan pendapatan yang tak menentu. Terkadang untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari saja mereka masih kekurangan ditambah lagi biaya sekolah anak
mereka. Melihat kondisi yang seperti ini tak lantas membuat Bu Katni tinggal
diam. Sebisa mungkin beliau membantu meringankan beban keluarga dengan bekerja
sebagai buruh tani.
Sekitar bulan Juni 2014 ini Bu Katni mulai merasakan nyeri
pada paha sebelah kanan. Awalnya hanya benjolan kecil sebesar bisul,tapi
lama-lama bertambah besar. Dan itupun
masih beliau rahasiakan sakit itu dan tetap bekerja seperti biasanya, tak mau
menambah beban keluarga, begitu pikirnya. Tapi lama-kelamaan benjolan itu
semakin besar dan semakin sakit. Keluargapun akhirnya mengetahui ,lagi-lagi Bu Katni masih berusaha menutupi dengan
berbohong bahwa bengkak di paha itu karena terbentur meja. Keluarga Bu Katni
tetap saja khawatir dan membawa Bu Katni ke sebuah RS swasta di Wonogiri.Di
RS.Marga Husada inilah Bu Katni diminta segera menjalani tindakan operasi.
Mendekati lebaran tim Dokter memutuskan segera melakukan tindakan operasi.
Diagnosa sementara waktu itu tumor di paha kanan.
Pasca operasi keadaan sempat membaik. Tapi keadaan tak
bertahan lama ,dua bulan kemudian benjolan itu muncul lagi dengan kondisi lebih
besar dari sebelumnya bahkan bisa dibilang pertumbuhan benjolan itu begitu
cepat. Tentu saja lebih terasa sakit. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan
seperti ini , pihak RS Marga Husada segera merujuk ke RSD.Moewardi Solo. Di RS
inipun Dokter juga segera mengambil tindakan cepat dengan melakukan serangkaian
test pendukung untuk operasi. Sebelum operasi dilakukan Dokter sempat
memberikan gambaran kemungkinan besar setelah dilakukan operasi Bu Katni bisa
jadi mengalami kelumpuhan. Bu Katni pun menyanggupi dengan segala macam
resikonya. Baginya yang terpenting adalah bisa sembuh dan tak merasakan sakit
lagi.
Dua hari menjalani rawat inap di RSD.Moewardi Solo Bu Katni
langsung menjalani operasi pengangkatan benjolan sekaligus untuk menjalani PA.
Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan setelah operasi Bu Katni masih bisa
menggerakkan kakinya, bahkan masih bisa berjalan kembali. Tersirat raut wajah
lega saat mengetahui kakinya masih bisa berfungsi kembali. Tapi kelegaan itu
tak berlangsung lama saat Dokter membacakan hasil PA. Hasilnya sangat
mengejutkan. Pasien menderita Pleomorphic Rhabdomyosarcoma, penyakit kanker
ganas yang menyerang jaringan lunak seperti otot dan biasanya menyerang di
bagian leher, kaki, paha. Kebetulan Bu Katni menderita penyakit ini dan
menyerang di paha bagian kanan.
Permasalahan tak cukup sampai disini saja, 10 hari pasca
operasi muncul masalah baru. Luka operasi tak bisa mengering, terjadi
pembengkakan bahkan jahitan operasi mulai lepas dengan sendirinya. Belakang
diketahui penyebabnya adalah terjadinya penumpukan cairan nanah dan darah
didalam bekas operasi. Tim medis terpaksa membuka seluruh jahitan untuk
mengeluarkan semua cairan dan membiarkan luka terbuka. Dokter sempat berfikir
keras untuk menentukan tindakan selanjudnya. Untuk dilakukan kemoterapi jika
menunggu granulasi akan memakan waktu lama karena lukanya cukup dalam dan
lebar, itu artinya sangat beresiko
karena kanker akan menyebar. Kanker ini penyebaranya sangat cepat dan
dikhawatirkan akan menyerang organ lainnya. Akhirnya dengan resiko yang lebih
ringan diputuskan tetap dilakukan kemoterapi beriringan dengan penyembuhan
lukanya. Kemoterapi langsung dilakukan dengan efek yang lebih berat mengingat
lukanya. Luar biasa sakit yang akan diderita Bu Katni.
Dokterpun sudah menjelaskan bahwa Bu Katni menderita kanker
ganas level 3. Yang lebih luar biasa adalah ketabahan beliau. Tak ada
sedikitpun ketakutan ataupun kesedihan terpancar dari wajahnya. Beliau tetap
tersenyum lembut, sangat terlihat sekali kalau beliau ikhlas dan menerima
keadaannya. Sungguh luar biasa kasih sayang Tuhan pada Bu Katni, semangat
hidupnya tinggi dan semangatnya untuk sembuh pun luar biasa. Dengan sabar
beliau seakan tak lelah meskipun harus sering bolak-balik kerumah sakit. Jarak
puluhan kilo dari rumah menuju rumah sakit,berangkat subuh pulang sampai rumah
waktu magrib tak mengendurkan semangatnya
untuk berobat. Dengan berjalan tertatih, langkah agak diseret sesekali beliau
menghela nafas pertanda beliau menahan rasa sakitnya.
Sahabat, terkadang kita mengeluh bahkan kadang mengumpat
saat kita tersandung dan terjatuh. Lalu lihatlah Bu Katni yang saat ini
berjuang mencari kesembuhan, bahkan bukan tak mungkin jika untuk menyelamatkan
nyawanya beliau harus kehilangan kakinya. Masih pantaskah kita mengeluh?
Bersyukurlah kita masih punya dua kaki yang saat ini masih bisa digunakan untuk
berjalan bahkan berlari. Sahabatku, tak ada salahnya sebagai wujud rasa
syukurmu kita bantu kesembuhan Bu Katni dengan menyisihkan sedikit rejeki kita
agar beliau dapat terus berobat. Ketika sakit itu mahal pastinya kita memilih
untuk tetap sehat. Tentunya kita tak ingin jika berada di posisi Bu Katni
bukan? Bukankan lebih baik membantu biaya berobat karena kita dalam keadaan
sehat daripada kita yang dibantu berobat karena kita dalam keadaan sakit?. Mari
ulurkan tangan untuk Bu Katni berjuang untuk kesembuhannya. Mari mulai peduli
dengan berbagi.
Salam Tembus Langit.
DONASI UNTUK BU KATNI DAN PASIEN #SR LAINNYA DAPAT DISALURKAN KE :
CP KOORDINATOR #SRWONOGIRI
085329907666/085712612777
(NONIS MS)